TABUNGAN PEDULI AISYAH - Mari Wujudkan Kepedulian kita dengan membantu siti aisyah seorang bocah 8 tahun yang sudah lebih dari 1 tahun hidup di becak dengan ayahnya yang sakit, selama ini pula dia merawat ayahnya tanpa mengeluh dan tanpa lelah sebagai wujud kasih sayang dan baktinya untuk orang tua.
BCA 3890 409 767, MANDIRI 141000 800 6009Mohon Konfirmasi setelah Transfer :
BNI 0600 800 404, BRI 05870 10000 14308
A.n Yayasan Baitul Maal Hidayatullah
Format TPA#Nama # Tgl transfer # Nominal#Rek Tujuan#Kota
TPA # Zahrah # 19 # 500.000# BNI#Jakarta
Sms ke : 08570 798 5000
Berikut kisah lengkapnya aisyah dari detikcom
Medan - Hidup terlalu keras untuk bocah perempuan selembut Siti Aisyah Pulungan (8). Lebih dari setahun, ia tinggal nomaden di becak bersama ayahnya yang sakit. Dari satu tempat ke tempat lainnya di Medan
Sumatera Utara. Mengharukan!
Sejak usia setahun, Aisyah berpisah dengan ibunya. Maka itu, sehari-hari, ia hanya bersama ayahnya, Muhammad Nawawi Pulungan (56), yang sakit komplikasi paru tiga tahun belakangan. Uang habis untuk biaya pengobatan. Satu-satunya barang berharga hanya becak yang dibeli dengan cara mengangsur.
1. Putus Sekolah
Berdasarkan usia, seharusnya Aisyah sudah berada di kelas 2-3 sekolah dasar. Sayang, urutan hidupnya tidak sesederhana itu. Ia terpaksa drop out dari sekolah karena uang habis untuk pengobatan ayahnya.
2. Diusir
Tidak mudah hidup di jalanan. Aisyah dan ayahnya kadang diusir saat 'transit' di teras rumah warga atau Masjid Raya Medan. Mungkin karena keduanya dianggap gelandangan, hidup di becak dari satu tempat ke tempat lainnya.
Aisyah sering memanfaatkan Masjid Raya sebagai 'transit' pada pagi hingga sore. Dia akan membasuh ayahnya yang terkulai. Penjaga masjid memakluminya, tapi kadang ia diusir jika di masjid ada tamu penting.
3. Tak Mampu Bayar Kontrakan
Ayah Aisyah, Nawawi, bukan tukang becak. Juga bukan pengangguran. Dulu ia bekerja sebagai sopir mobil boks. Ketika penyakit mendera tiga tahun lalu, otomatis ia tak bisa bekerja. Bahkan kondisinya kian mengkhawatirkan.
4. Hidup dari Belas Kasihan
Aisyah mengaku bukan pengemis. Tapi kadang ia menerima sumbangan saat mengayuh becak. Ada beberapa pengendara mobil atau motor yang memberinya uang. Dari situlah, bocah dan ayahnya ini menyambung hidup.
Kisah mengharukan Aisyah dan ayahnya didengar banyak orang, termasuk Pemkot Medan. Plt Wali Kota Medan Dzulmi Eldin mendatangi tempat 'parkir' Aisyah di depan Dhea Salon, Jalan Sisingamaraja, Rabu (19/3) malam. Ia meminta ayah dan anak yang beralamat di Sei Putih Barat Kecamatan Medan Petisah itu dirawat. Malam itu, ambulans datang dan membawa keduanya ke RSU Pirngadi Medan. Dzulmi juga menjanjikan akan menyekolahkan Aisyah.
Detik ini, mungkin kehidupan Aisyah dan ayahnya akan lebih baik. Tapi jelas, mereka tak mudah menghapus kisah sedihnya beberapa tahun terakhir: hidup di atas becak, tidur di jalanan, pernah diusir, dan berharap belas kasihan orang. Selama itu, ke mana orang-orang yang kini peduli?
Saat ini Siti Aisyah dan Ayahnya Nawawi Sudah mendapatkan bantuan awal dari pemkot medan berupa perawatan medis dan Aisyah dijanjikan akan disekolahkan lagi, namun masalah belum selesai karena kebutuhan hidup sehari-hari ke depanya masih menjadi kekhawatiran mereka berdua, melalui program TPA ( Tabungan Peduli Aisyah ) semoga Akan memberikan ketentraman keduanya menatap masa depan.
Profil Lembaga BMH ( Baitul Maal Hidayatullah)
Adalah Lembaga Amil Zakat Nasional yang sudah legal dan di sah kan mentri agama RI melalui Surat
SK Menteri Agama No. 538 Tahun 2001 sebagai LAZNAS dan sudah 14 Tahun berkiprah di indonesia dalam program sosial kemanusiaan. BMH JL. Raya Mulyosari 398 Surabaya 0315928866-03170386846
0 komentar:
Posting Komentar