Home » » Hidup Untuk Memberi

Hidup Untuk Memberi

Hidup Untuk Memberi , Memberi adalah pilihan , Hikmah memberi
Hidup Untuk Memberi - Dalam tatanan berkehidupan sosial, kita sering mendengar istilah take and give, atau menerima dan memberi. Istilah ini mengekspresikan tentang ketergantungan kita kepada manusia lainnya terhadap apa yang diterimanya dan apa yang dapat diberikannya.

Untuk mendapatkan posisi sebagai pemberi, maka kita perlu mempunyai kecukupan sumber daya. Yang dimaksud dengan sumber daya disini dapat bersifat materi seperti harta benda dan dapat pula bersifat non-materi seperti ilmu pengetahuan, pemikiran, dan tenaga.

Jadi pada hakikatnya setiap diri kita ini pasti telah dibekali oleh Sang Pencipta dengan sumber daya. Kita juga diciptakan sebagai makhluk mulia yang selalu berhasrat untuk hidup secara mulia. Salah satu penerapan hidup secara mulia adalah dengan hidup sebagai pemberi. Namun kitapun perlu memahami bahwa ada saat dimana kita berada dalam posisi sebagai penerima. Bila bukan kita yang berposisi sebagai penerima, maka pasti ada orang lain yang berposisi sebagai penerima. Tidak akan ada pemberi kalau tidak ada penerimanya. Sang Pencipta mempergilirkan kedua posisi ini seiring dengan berjalannya waktu.

Kita perlu menyadari bahwa kegemaran untuk memberi telah ada dalam diri kita sebagai kodrat ilahiyah. Kita selalu berhasrat untuk memberi namun keterbatasan sumber daya biasanya selalu menjadi penghalang penyaluran hasrat kita untuk memberi. Adanya keterbatasan inilah yang menjadikan hasrat memberi dalam diri kita menjadi suatu pilihan.

Artinya, memberi atau tidak memberi adalah pilihan diri kita. Bersyukurlah orang yang selalu mempunyai kesempatan untuk memberi dan sering merealisasikannya karena sikap ini secara alamiah akan membentuk perilaku positif. Sebaliknya, orang yang selalu terkendala untuk memberi juga secara alamiah akan membentuk perilaku negatif. Kita perlu memahami bahwa perilaku kita terbentuk dari kebiasaan yang kita lakukan.

Di sekitar kita ada banyak pihak yang dapat dipilih untuk menerima pemberian kita. Ada yang butuh pemberian berupa materi dan ada banyak pula yang membutuhan pemberian non-materi. Pemberian bersifat materi dapat mengikuti pola ZIS yang saat ini telah dikoordinasi dengan sangat baik oleh beberapa lembaga penyalur ZIS yang ada.

Cakupan operasional mereka juga sangat luas. Cara ini adalah cara yang termudah bagi kita untuk menyalurkan hasrat memberi kita. Lalu bagaimana dengan penyaluran pemberian yang bersifat non-materi? Penyaluran model ini banyak peluangnya. Kita bisa menyalurkan tenaga dan pemikiran kita untuk menjadi bagian dari lembaga penyalur ZIS tersebut. Bentuknya bisa sebagai tenaga konsultan, pekerja paruh waktu atau menjadi penghubung antara muzakki dan mustahik. Singkat kata, penyaluran hasrat memberi pasti ada tempatnya.

Selanjutnya kitapun seringkali dihadapkan dengan situasi dilematis tentang seberapa besar nilai pemberian yang akan kita salurkan? Untuk menjawab pertanyaan ini, mari kita pahami dulu tentang esensi pilihan itu sendiri. Dalam konteks logika berpikir, kita dapat mengkuantifisir nilai besaran yang akan kita berikan. Dalam konteks ZIS telah ada ketentuan besarannya. Kalau kita ingin memberikan lebih dari ketentuan tersebut, maka rasionalisasi berpikir kita akan mengantar kita tentang untung ruginya memberikan lebih.

Namun kitapun perlu mengingat bahwa hasrat memberi itu dipengaruhi oleh aspek spiritualitas dalam diri kita. Dalam bahasa awam, pilihan ini dipengaruhi oleh hati nurani kita. Besar kecilnya pemberian kita adalah fungsi dari apa yang disebut dengan keikhlasan. Dalam konteks spiritual, memberi sedikit dengan ikhlas lebih tinggi nilainya daripada memberi banyak tanpa keikhlasan. Inilah pilihan kita.

Ada banyak kisah nyata tentang take and give. Ada yang tertolong dalam menghadapi kesulitannya karena seseorang telah menolongnya keluar dari kesulitan yang dihadapinya, padahal dia telah lupa bahwa orang yang menolongnya adalah orang yang pernah ditolongnya dulu. Ada yang mendapatkan karunia dari Allah SWT berupa rejeki yang mengalir seperti mengalirnya air di sungai karena kegemarannya bersedekah.

Semua kisah nyata tersebut bermuara pada keyakinan bahwa bila kita menaman kebaikan maka kitapun pasti akan memetik buah kebaikan pula. Analoginya sama dengan bila kita banyak memberi, maka kitapun akan banyak menerima pemberian. Namun, mengharapkan balas budi atas apa yang telah kita berikan bukanlah hal yang patut untuk diperjuangkan. Balasan atas segala pemberian kita kepada orang lain adalah hak dari Yang Maha Memberi, yaitu Allah SWT. Kita hanya perlu menempatkan keikhlasan kita setiap kali kita memberi sehingga lahir kepuasan batiniah dalam diri kita yang akan membuat hidup kita menjadi lebih berarti.

Kalau kita sudah dapat merasakan nikmatnya memberi, maka kita perlu mensyukurinya pula dengan lebih banyak lagi memberi. Kita perlu menyadari bahwa setiap pemberian kita kepada orang lain adalah merupakan wujud rasa syukur kita kepada Yang Maha Memberi. Hidup memang untuk memberi.*

Penulis : Gunawan Samsu ( Konsultan Bisnis )
Sumber : Buletin Mulia edisi Januari 2013

0 komentar:

Posting Komentar

Konsultasi Online

Alamat :
Jl. Raya Mulyosari 398 Surabaya Telp. 0315928866
Fax. 0315915516

Email updates

http://picasion.com/i/1Vtt8/

Rekening

ZAKAT: BCA 3890409767, BNI 0072912763, BSM 7001191831, MANDIRI 1410008006009
INFAQ: BMI 7010053515, BNI 0600800404, BRI 058701000014308, BSM 7034584715
WAKAF: BNI 0800600407, MANDIRI 1410004642831, PERMATA SYARIAH 2901451055
A.n Yayasan Baitul Maal Hidayatullah
Call : 0315928866 / 70380001
SMS Konfirmasi Transfer : 0856 550 10005
 
Support : Desain blog
Copyright © 2013. Info Wakaf Tunai Terlengkap - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger