“Ummi, aku punya rahasia! Kejutan!” seru si bontot yang baru dua bulan lagi akan genap berusia 4 tahun. Saya yang sore itu baru melangkah menuju pintu rumah jadi terhenti. Ia berlari ke dapur, membawa sesuatu dari kulkas dan kembali menemui saya.
Latest Article Get our latest posts by subscribing this site
Kecerdasan Emosi yang Kerap Dilalaikan
Posted by wakaf.info
Posted on 13.26
with No comments
Tahukah Anda, apa harapan terbesar kebanyakan orang tua yang anaknya
duduk di bangku TK? Ya, cepat pintar, cepat bisa baca tulis. Itulah tuntutan
sebagian besar wali murid. Mereka akan kecewa jika anak-anak ini terlalu banyak
diajarkan menyanyi di TK Besar, karena merasa buah hatinya sudah bukan anak
kecil lagi. Yang dituntut justru diberikan latihan dan pekerjaan rumah (PR)
sebanyak-banyaknya agar anak-anak ini cepat mahir berhitung dan baca tulis.
Menyikapi Mimpi
Posted by wakaf.info
Posted on 13.14
with No comments
Begini ustadz,
setiap manusia hampir pasti pernah bermimpi dalam tidurnya. Terkadang mimpinya
baik atau menyenangkan, tetapi terkadang juga mimpi buruk. Yang ingin saya
tanyakan, bagaimana menyikapi mimpi dalam pandangan Islam sehingga tidak
terjadi penafsiran yang salah? Syukran
Um,
Sby
Bahaya Jajanan Pasar
Posted by wakaf.info
Posted on 12.37
with 1 comment
Membeli jajanan jalanan atau jajanan pasar sepertinya sudah menjadi
trend anak sejak dulu. Walaupun sudah diberi bekal dari rumah, si Kecil kadang masih
membeli jajanan jalanan akibat terbawa dan tersugesti oleh teman-teman. Untuk
hal yang satu ini ada baiknya orang tua memberi perhatian ekstra agar anak
menghindari budaya jajan tak sehat tersebut.
Tiadanya bekal dari rumah biasanya akan menjadi
alasan utama anak yang merasa kelaparan di sekolah membeli jajanan jalanan. Untuk
itu orang tua harus arif dan bijaksana dalam mengelola makanan anak, sehingga
jajan di luar rumah dapat dikesampingkan. Bila hendak jajan, setidaknya
pilihlah penganan yang layak harga dan ada jaminan higienisnya. Lebih baik kalau
makanan disiapkannya dari rumah.
Bahaya kandungan jajanan jalanan antara lain:
Air mentah; beberapa
penjual minuman segar seperti dawet, cendol, sirup, dan sebagainya tak semuanya
menggunakan air matang untuk dagangannya. Hal ini karena harga bahan
bakar yang tinggi yang tidak menutup untuk harga penjualan. Padahal ini
sangat bahaya, minimal diare dapat menyerang si Kecil.
Pemanis dan pewarna buatan;
jelly dan permen-permen, ataupun kue-kue kecil yang dijajakan di lingkungan
sekolah, tak layak bagi kesehatan. Gula dan pewarna buatan memiliki harga yang lebih
murah dibanding gula alami. Padahal jika dikonsumsi dalam waktu lama, para ahli
menyatakan dapat mengganggu sirkulasi darah, hiperaktif, kanker, hingga
gangguan mental.
Bahan narkoba;
belakangan ini ada kasus yang menyatakan seorang penjaja makanan menawarkan
permen yang dibubuhi narkoba. Jika ini benar, Si Kecil bisa kecanduan dan
menjadi budak narkoba di masa depannya.
Kemasan plastik; hampir
semua bahan makanan anak-anak di sekolah dikemas dalam plastik. Padahal tidak
semua plastik ramah lingkungan dan aman bagi kesehatan. Bahan plastik yang
terbuat dari campuran bahan kimia, bisa memberikan andil timbulnya penyakit di kemudian
hari.
- Ajak bicara dan beri pengertian tentang bahaya penganan di luar rumah
- Jadwalkan waktu yang regular agar anak bisa sarapan di rumah.
- Jika memungkinkan, beri anak bekal makanan dan minuman dari rumah untuk mengantisipasi rasa lapar si Kecil.
- Mengolah makanan secara kreatif dan variatif.
- Meberi uang jajan tidak berlebihan dan mensugesti untuk menabung.*
Meneladani Kepemimpinan Rasulullah
Posted by wakaf.info
Posted on 11.13
with No comments
Tak ada yang meragukan kepemimpinan Rasulullah. Beliau telah
mentransformasi umat yang dipimpinnya dari manusia padang pasir yang tak
diperhitungkan menjadi generasi terbaik pemimpin peradaban. Kepemimpinan beliau
tidak hanya berpengaruh pada masanya saja, tetapi menginspirasi dan abadi
sepanjang masa. Muhammad SAW The SuperLeader, begitu Syafii Antonio menyebutnya dalam salah satu judul bukunya.
Dalam buku seratus tokoh dunia yang paling berpengaruh, Michel Hart menulis
Rasul Muhammad dalam urutan nomor wahid.
Pada zaman sekarang ini banyak orang yang berebut dan berharap
menjadi pemimpin. Saat penjaringan calon pemimpin daerah, pemimpin partai,
pemimpin ormas dan semacamnya, tak pernah kekurangan peminat. Bahkan cenderung
surplus. Namun pada kenyataannya umat saat ini justru terpuruk. Ajaran Islam
yang agung ini memang sering telah dikumandangkan dalam pernyataan, namun
sayang belum bisa diwujudkan dalam kenyataan.
Pada hakekatnya, setiap kita adalah pemimpin. Dan kita bertanggung
jawab sesuai lingkup masing-masing. Mulai dari diri sendiri, keluarga, sampai
masyarakat luas. Mari kita meneladani kepemimpinan Rasulullah untuk lahirnya
umat yang lebih baik. Umat yang bisa membangun peradaban Islam yang rahmatan lil alamin.
Apa yang dilakukan dalam kepemimpinan Rasul?
Membuka
Fitrah Tauhid
Setiap manusia, sejatinya memiliki potensi mulia dalam jiwanya.
Yaitu potensi fitrah. Seorang pemimpin bertugas membuka dan menumbuhkan potensi
orang yang dipimpinnya, bukan malah menutupnya. Ibarat seorang petani, ia musti
berusaha menumbuhkan benih tanamannya dan sabar merawatnya hingga berbuah dan
memanen.
Potensi fitrah yang pertama dibuka dan ditumbuhkan oleh Rasulullah adalah fitrah bertauhid. Inilah potensi utama yang menjadi spirit dan nafas
dalam jiwa manusia. Bilal seorang budak, menjadi terangkat martabatnya setelah
dia bertauhid. Jiwanya tak lagi terbelenggu digantungkan pada tuannya, tetapi
merdeka dan berhubungan dengan Tuhannya.
Banyak pemimpin yang tanpa sadar telah menjadikan jiwa fitrah ini
malah tertutupi. Dia tidak menghantarkan jiwa umatnya untuk sambung dengan
Tuhan, tetapi direkayasa untuk bergantung pada dirinya. Tidak mengajak
pengikutnya membesarkan asma Allah, tetapi mengkultuskan nama dirinya. Fir'aun
contoh pemimpin yang nyata-nyata menutup fitrah rakyatnya. Saat ada seruan
dakwah untuk bertauhid, ia justru menolaknya. Dan malah ia menyatakan dirinya
sebagai Tuhan.
Rasul menumbuhkan potensi iman ini dengan sepenuh hati. Beliau
melakukannya dengan rasa empati dan kasih sayang, bukan dengan caci maki dan
kebencian. Beliau dapat membimbing dengan bijak karena merasakan penderitaan
umatnya dan memang sangat menginginkan keselamatan.
Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri,
berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan
keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang
mukmin. (QS. AtTaubah: 128)
Sudah semestinya dalam kepemimpinan ini, kita menghantar umat pada iman dengan kasih sayang sebagaimana yang diteladankan oleh Rasul.
Sudah semestinya dalam kepemimpinan ini, kita menghantar umat pada iman dengan kasih sayang sebagaimana yang diteladankan oleh Rasul.
Akhlak Muliadan Ukhuwah
Potensi fitrah lain yang juga ditumbuhkan oleh Rasul adalah karakter
mulia. Setelah seorang terbuka fitrah tauhidnya, Rasul menghantarkan jiwa ini
tumbuh sehingga berbuah akhlak mulia. Menyempurnakan akhlak mulia adalah salah
satu misi Rasul setelah tauhid.
Sesungguhnya hanyalah aku diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia. (Al Hadist).
Pada kenyataannya banyak pemimpin yang justru mematikan akhlak mulia dan menggantinya dengan akhlak yang hina. Pemimpin yang koruptor misalnya,
justru mengajak rakyatnya serakah. Jangan heran jika yang menjamur bukan
kejujuran, justru kebohongan. Bahkan di pengadilan terjadi jual beli perkara.
Bila sudah tidak ada keadilan di lembaga peradilan, rakyat bisa tersulut
anarkis menghakimi dengan caranya sendiri. Pun demikian pemimpin yang menebar
tuduhan dan fitnah, pasti akan berbuah perpecahan di tengah ummat.
Di bawah kepemimpinan Rasul, yang subur adalah tumbuhnya akhlakmulia. Ini tak terlepas dari keteladanan akhlak agung beliau. Umar bin Khattab
yang semula seorang yang kasar dan bengis, tumbuh menjadi pribadi yang
tawadhu'. Dia siap menerima nasehat dari siapa pun. Kritik diterima dengan hati
terbuka meski datang dari janda tua. Akhlak yang agung ini tumbuh dengan baik
dalam dirinya.
Dengan kepemimpinan akhlak mulia inilah potensi seseorang bisa
diselaraskan dengan yang lain. Meski kadang berbeda pendapat, bisa saling
memahami. Walau berbeda pendapatan, masing-masing bisa memaklumi. Seperti
sebuah orkestra, meski alat dan suaranya berbeda-beda, tetap terdengar mengalun
merdu. Yang kuat menolong yang lemah. Yang lemah mendoakan yang kuat. Yang kaya
memberi yang kekurangan. Yang miskin terus berusaha dan bersabar. Pemimpin dan
yang dipimpin saling menghormat dan mendoakan. Semua diselaraskan menjadi
masyarakat yang dinamis dan indah.
Antara Abu Bakar dan Umar karakternya jelas berbeda. Abu Bakar
seorang yang lembut, sedang Umar seorang yang keras. Namun di bawah
kepemimpinan Rasul, keduanya bisa seirama dan bersaudara. Perbedaan itu bukan
melemahkan, tapi justru saling melengkapi. Inilah tugas pemimpin.
Kepemimpinan yang buruk, justru mengundang perpecahan. Potensi umat
saling bertabrakan dan saling meniadakan. Banyak energi negatif yang justru
menyedot kekuatan. Tanpa kepemimpinan yang baik, jumlah umat yang banyak ini
hanya menjadi kerumunan. Keberadaannya seperti buih yang terombang ambing tak
tentu arah. Bukan menjadi penentu, tapi seperti hidangan yang diperebutkan.
Saat hijrah ke Madinah, kaum muhajirin dalam keadaan serba
kekurangan. Kondisi ini tentu harus segera diselesaikan agar tidak menjadi
problem sosial. Maka Rasul mempersaudarakan kaum muhajirin dengan kaum Anshor.
Abdurrahman bin auf misalnya, dipersaudarakan dengan Rabi'. Maka Rabi' pun
dengan sepenuh jiwa menawarkan bantuan dengan memberi separuh hartanya, bahkan
istri. Demi mendengar tawaran itu Abdurrahman bin Auf justru berdoa,
"Semoga Allah memberkahi bagimu dalam keluarga dan hartamu. Lebih baik
tunjukkan saja aku di mana pasar kalian."
Kita kagum dengan kedermawanan Sa'ad yang rela berbagi
dengan saudaranya. Tapi kita juga tak kalah kagumnya dengan Abdurrahman yang
dalam keadaan terbatas pun dirinya sama sekali tak ingin bergantung pada orang
lain. Mental dan akhlak mulia inilah yang menjadikan mereka umat yang kuat.
Mereka bisa tolong menolong dan saling menguatkan.
Dengan spirit tauhid, akhlak mulia dan ukhuwah, sebagaimana
diteladankan Rasul, kepemimpinan akan mengundang rahmat Allah. Mengundang
keterlibatan dan pertolongan Allah. Inilah solusi hakiki. Insya Allah.
Ada Tanda di Wajah Kita
Posted by wakaf.info
Posted on 13.46
with No comments
Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu, salah seorang sahabat utama Nabi saw. yang sekaligus menantu beliau, pernah berkata, “Tidak seorang pun bisa menyembunyikan suatu rahasia karena Allah akan menampakkan semua itu melalui roman muka dan ucapannya.”
Tak seorang pun dari kita yang dapat menyembunyikan rahasia dari wajah dan diri kita, kecuali pada ungkapan-ungkapan yang diatur dan kalimat-kalimat yang tersusun rapi. Tetapi secara keseluruhan, kita tak sanggup menyembunyikan rahasia.
Pesan Negatif dari Sebuah Hukuman
Posted by wakaf.info
Posted on 13.25
with No comments
Assalamu'alaikum.
Saya (34 tahun) seorang ayah dari anak laki-laki tunggal berusia 7,5 tahun. Bersama isteri saya Dina Amalia (28 tahun), berusaha mendidik anak agar kelak menjadi anak berbakti dan saleh. Saya dulu dididik dalam lingkungan keluarga yang keras, dan hal juga saya terapkan pada anak saya saat ini. Ternyata, yang tidak terduga adalah anak saya bukan semakin baik, tapi semakin membangkang, bahkan cenderung liar. Tidak jarang saya luapkan amarah dengan wajah terbakar, bahkan sampai tangan pun ikut melayang. Padahal hal ini saya lakukan karena saya dan isteri sangat sayang betul kepada dia. Saya tidak punya cara lain dan sangat putus asa. Hal inilah yang mendorong saya dan isteri untuk menanyakan kepada Ustadz saran dan bimbingannya. Mohon doanya untuk kami.
Ade Firman - Pekanbaru
Ade Firman - Pekanbaru
Jawaban :
Waalaikum salam
Bapak Ade dan Ibu Dina yang dirahmati Allah, Anda berdua marah melihat anak Anda berbuat sesuatu yang tidak baik adalah wajar, karena Anda adalah manusia yang punya emosi. Jadi jika Anda sempat jengkel karena anak tak menuruti permintaan Anda, atau Anda jadi marah ketika anak mulai membangkang dan Anda jadi kecewa karena anak berbuat sesuatu yang sangat buruk, itu pertanda Anda sangat sayang pada anak Anda.
Emosi yang Anda rasakan adalah buah dari rasa sayang Anda terhadap anak yang Anda didik. Anda ingin memerintah dia berbuat sesuatu karena Anda ingin dia belajar melakukan sesuatu yang berguna. Anda meminta dia berhenti melakukan sesuatu karena Anda tak ingin dia tumbuh menjadi anak yang tak baik. Anda melarang dia dari sesuatu karena Anda ingin melindunginya. Maka ketika keinginan positif Anda mendapat reaksi negatif dari anak, tentu Anda mulai emosi. Marah, jengkel, kecewa adalah beberapa tandanya.
Masalahnya adalah, haruskah dengan menampakkan wajah terbakar amarah (bengis), bahkan sampai tangan melayang? Naudzu billah. Rasulullah SAW bersabda: “Orang yang paling baik di kalangan kamu adalah orang yang paling baik kepada keluarganya dan akulah yang paling baik kepada keluargaku.“ (HR. Ibnu Majah dan Al-Hakim).
“Mukmin yang paling lengkap iman mereka ialah mereka yang mempunyai akhlak yang paling baik serta berlemah-lembut dengan keluarga mereka.” (Riwayat Al-Bukhari dan Muslim).
Seorang pakar parenting dalam bukunya The Secret of Parenting, mengajak kita untuk menyadari bahwa dalam diri tiap manusia –termasuk anak Anda- itu ada 2 sisi. Sisi pertama, yang ia sebut baby-self, sisi yang akan tetap ada pada anak manusia hingga dia dewasa sekalipun. Sisi ini ingin relaks, seenaknya sendiri, biar pun hal itu membuat orang lain marah-marah. Sisi kedua, Mature-self, sisi yang menunjukkan sikap tanggung jawab yang tinggi dan akan tampak nyata ketika anak beranjak dewasa atau ketika anak berada di luar pengawasan/jangkauan orang yang paling ia cintai.
Bapak Ade dan Ibu Dina, ketahuilah bahwa yang anak lihat dari Anda adalah bahasa tubuh Anda, mimik wajah Anda, dan percayalah, mereka bisa merasakan, bahkan menebaknya. Maka ketika kemarahan itu meluap dan Anda merasa perlu menghukum lewat omelan, menceramahi, bahkan memukul si anak, ada baiknya Anda berhati-hati. Karena efek dari hukuman bukanlah saat itu saja, tetapi bisa tersimpan bertahun-tahun hingga anak menjadi dewasa. Anak seusia itu tidak tahu dan bahkan bingung bahwa jika dia dilarang, diperintah, bahkan dimarahi, itu sebenarnya bentuk kasih sayang Anda pada dia. Bahkan biarpun dijelaskan sekalipun alasan mengapa Anda melarang dia berbuat sesuatu, maka kebingungan itu akan terus terbawa dalam alam pikirannya.
Dalam keterangan lain, seorang pakar menjelaskan, anak di bawah usia 9 tahun belum memahami makna benar dan salah (buku Children are from Heaven: John Gray). Maka jangan harap dia akan ingat dan faham betul jika dilarang sesuatu, dia akan melakukan apa yang Anda larang di lain waktu, walaupun saat Anda marah-marah ketika dia melakukannya dia akan berhenti sebentar. Dia juga belum punya kematangan berpikir untuk memahami bahwa di balik kemarahan orang tua, ada rasa sayang yang terselip.
Saran saya, berhati-hatilah dalam memberikan hukuman pada anak. Berikut ini ada beberapa hal negatif yang diakibatkan dari hukuman yang akan mempengaruhi pikiran dan sikap anak (Positive Discipline, Jane Nelson) :
- Tersinggung : “Ini gak adil. Orang dewasa gak bisa dipercaya”
- Balas dendam : “Ok mereka menang sekarang, tunggu saja nanti”
- Membangkang : “Akan kulakukan hal yang sebaliknya buat membuktikan bahwa aku harus melakukan sesuai permintaan mereka”
- Mundur :
- Licik : “Lain kali aku gak mau ketahuan jika hal ini kulakukan lagi”
- Harga diri turun : “Ya, aku bukan anak yang baik”
Metode mendidik dengan keras memang akan menghentikan tindakan anak yang tidak kita setujui, pada saat itu saja, tetapi anak akan berbuat hal yang serupa di lain waktu. Sedangkan menerapkan pendidikan yang lunak cenderung membiarkan akan membuat anak bukan saja manja, tetapi jadi tidak tahu aturan. Anak Anda masih di bawah usia 9 tahun, masih sangat tergantung pada Anda sebagai orang tua. Ini berarti Andalah yang harus mengontrolnya. Jika dibiarkan, dia akan bingung sendiri dan jadi lepas kontrol.
Mungkin ada baiknya Anda menggunakan metode tarik-ulur, yaitu jika anak melakukan sesuatu yang bagus Anda, beri hadiah dan jika dia berbuat salah dihukum dengan hukuman yang mendidik. Tapi, bila Anda meyakini bahwa mendidik anak tanpa hukuman akan menjadikan anak disiplin dan tumbuh menjadi anak yang bertanggung jawab, lakukanlah dengan penuh tawakkal. Semoga berguna bagi kita semua, terutama bagi saya sendiri.
Do'a kita semua adalah: "Ya Allah, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh". (QS. Ash-Shaffat : 100). Wallahu a'lam.